Sebuah Renungan dan Harapan untuk Kabupaten Pakpak Bharat Tercinta
Oleh : Irwan Purba, SHI
Politik Uang/Money Politik sangat identik dengan dunia politik negara Indonesia, bahkan tidak mungkin bisa dipisahkan. Apalagi saat Pemilihan Umum atau pemilu, mulai dari pemilihan presiden dan wakilnya, gubernur, bupati hingga kepala desa. Tidak hanya di ranah tersebut, politik uang juga menjadikan pendidikan di negara kita tidak kunjung membaik.
“Uang bisa membeli segalanya”, sebuah penggalan kalimat yang sering terdengar di telinga. Saking seringnya, ucapan tersebut sudah terbenam di hati dan pikiran.
Saat ini setiap parpol dan tim sukses tentu sudah punya perencanaan untuk menggaet massa sebanyak mungkin untuk memenangkan calon yang di usungnya. Tim Sukses sudah dipersiapkan hingga ke daerah pedalaman untuk melakukan pendekatan-pendekatan dan manuver/strategi yang disiapkan dengan beralaskan Visi dan Misi. Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat pemilih serta yang diterapkan juga bervariasi, ada dua hal yang menjadi prioritas utama yang kerap dilakukan, yaitu adalah ‘sumbangan’ entah itu berupa barang maupun uang tunai, dan ‘hiburan’ mulai dari mengundang artis ternama hingga mengadakan acara agama, ,adat istiadat, syukuran dan lain sebagainya.
Politik uang sudah menjadi kebiasaan yang dibenci tapi dinikmati masyarakat kita. Karena sudah menjadi kebiasaan, siklus politik uang akan terus berlangsung. Anak-anak secara tidak langsung telah mengenal politik uang sejak dini. Lambat tahun seiring perkembangannya, ia akan melihat dan mulai mengerti apa itu politik uang, bahkan mereka juga ikut berpartisipasi.
Kita semua pasti ingin Kabupaten Pakpak Bharat ini menjadi Daerah yang maju dan benar-benar memiliki masyarakat yang sejahtera dan mendapatkan kehidupan yang mapan. Jadi kalau pemilu nanti (yang di rencanakan/jadwalkan 9 Desember 2020), mari kita pelajari dulu riwayat hidup calon Bupati dan calon wakil Bupati untuk daerah ini , serta bagaimana kinerja partainya dan orang-orang yang disekelilingnya,pelajari dan pahamkan arti dari visi dan misi yang disampaikan, Biar nanti kalau kinerja pemerintah tidak baik, kita (rakyat) tidak menyalahkan pemerintah melulu. Padahal jelas-jelas kita (rakyat) yang memilih, dan mungkin mayoritas ya asal memilih atau ngikut saja, kurang peduli terhadap daerah ini dan bahkan hanya memikirkan kepentingan pribadi/ kelompok atau golongan..
Uang adalah bahasa kalbu, santapan rohani. Tentu saja tidak semuanya, tapi yang pasti banyak yang suka dan masyarakat saat ini juga kebanyakan menunggu jadwal yang telah ditetapkan untuk menapatkan uang dengan iming-iming akan memilih calon yang memberikannya.
Terkadang untuk 1 suara pemilih sudah memiliki tarip/harga, jika cocok akan memilih jika tidak ya say good bay, yang lebih ironis,masyarakat memanfaatkan momen ini untuk meraih uang yang lebih banyak dengan modus yang bermacam macam…dan ini juga sudah rahasia umum.
untuk itu mari kita buka mata dan hati pikiran kita bersama sebelum ada penyesalan, dan diharapkan kepada seluruh calon dan parpol pengusung agar meniadakan MONEY POLITIK, agar daerah ini dan pendidikan masyarakat dapat lebih baik lagi. Dan harapan kita bersama kepada masyarakat agar sama-sama menolak Money Politik. ”Say No to Money Politik “.
Perubahan , Pilihan, Prinsip adalah suatu pola yang sistematis. Perlu kita ketahui dan ingat apabila kita melakukan sistem yang tidak sesuai aturan dengan mengedepankan sistem egosentris golongan/ kelompok, maka akan berdampak pada konstalasi yang rusak pada daerah kita sendiri secara horizontal.
Jika kita inginkan yang terbaik di Daerah ini, maka lakukan yang baik dengan sistem yang baik. Ingat jika anda menang dengan cara yang tidak baik, maka kinerja anda juga tidak akan baik.
Jabatan adalah amanah, dan semua akan diminta pertanggung jawabannnya. (Penulis adalah Jurnalis di Jenews.id)