GUNUNGSITOLI l Jenews.id – Pedagang di Pasar Nou Gunungsitoli menggunakan air Sungai Nou dalam menjalankan aktifitas jual-beli seperti untuk mencuci ikan dan sayur-mayur.
Pedagang mengatakan, mereka terpaksa menggunakan air Sungai Nou lantaran air bersih yang sebelumnya disediakan Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan Kota Gunungsitoli tidak lagi terdistribusi.
Seperti disampaikan seorang pedagang Pasar Nou yang tidak mau menyebutkan namanya, penggunaan air Sungai Nou tersebut sudah berlangsung lama sejak tiga bulan terakhir.
“Iya bang, kami terpaksa menggunkan air Sungai Nou untuk mencuci ikan dan sayur-mayur yang diperjual-belikan”, katanya saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.
Diterangkannya, air Sungai Nou terpaksa digunakan pedagang setelah pasokan air bersih yang sebelumnya disediakan Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan Kota Gunungsitoli tidak lagi terdistribusi.
“Hingga saat ini, kami tidak ada mendapat pasokan air bersih bang. Mau tidak mau, kami terpaksa menggunkan air Sungai Nou”, ujarnya.
Di tempat berbeda, Kepala Dinas Perdagangan dan Ketenagakerjaan Kota Gunungsitoli melalui Kepala Bidang Perdagangan Karnius Zalukhu, ST berdalih tidak mengetahui penggunaan air Sungai Nou.
“Ini info baru, kami belum tahu. Nanti saya konfirmasi ke petugas pasar. Karena yang sejauh ini, air sungai digunakan untuk membersihkan kamar mandi dan lantai pasar di sana”, ucap Karnius, Senin (3/3/2025).
Meski berdalih demikian, namun Karnius mengakui mesin pendistribusian (Jet Pump) yang digunakan pihaknya dalam memenuhi kebutuhan pedagang Pasar Nou mengalami kerusakan sejak Tahun lalu.
“Sumber air bersih di Pasar Nou berasal dari Gudang Air (Hele Kali) Afilaza. Harus kami akui, jika mesin penarik air bersih di Pasar Nou sudah rusak dan tahun ini bakal diperbaiki”, katanya.
Selain itu, Karnius juga mengaku bahwa penggunaan air Sungai Nou sangat tidak layak dalam aktifitas jual-beli pedagang Pasar Nou karena mengandung banyak limbah yang dapat mengganggu kesehatan.
“Saya pikir, penggunaan air Sungai Nou untuk mencuci ikan dan sayur-mayur tidak layak karena kotor dan tercermar limbah. Kondisi ini menjadi evaluasi ke depan”, ucap Karnius mengakhiri. (Ris)