MEDAN | Jenews.id – Kurikulum Merdeka, transformasi pendidikan yang menarik perhatian banyak pihak. Indonesia tercatat sudah menerapkan 10 kurikulum berbeda sebelumnya. Penerapan tersebut terkait dengan perkembangan zaman mulai dari masa pasca kemerdekaan hingga pembangunan.
Kurikulum Merdeka sebagai yang ke-11 terus menuai pro kontra di masyarakat dan akademisi. Menurut Akademisi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Sarwa hal tersebut memang biasa terjadi.
“Pro dan kontra itu biasa, tapi melihat fasilitasi IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) yang masif dan terstruktur bisa membuka mata saya yang mengalaminya sebagai fasilitator dan sekaligus yang memiliki perhatian terhadap transformasi pendidikan dan pembelajaran di abad-21,” katanya, Jumat.
Praktisi Pendidikan Tinggi itu mengatakan, dalam memandang IKM, ia melihat dari tiga sisi. Pertama, dinamika dan perubahan adalah keniscayaan di perubahan dan kemajuan.
Kedua, realitas dunia hari ini, perubahan yang sangat cepat yang dirasakan sebagai bentuk transformasi nyata secara teknologi, komunikasi dan digitalisasi.
“Poin ketiga, kalau saya melihatnya, perubahan secara kebijakan sangat terbuka dan harus bisa diterima oleh kita dari rezim atau pemerintahan baru. Tetapi secara esensial, pelaku pendidikan (guru dan persekolahan) sudah sangat menyadari sebagai perubahan mindset baru bahwa ‘merdeka’ dan bertransformasi dalam layanan pembelajaran sudah sangat perlu dilakukan oleh guru dan atau praktisi atau pelaku pendidikan,” ujarnya.
Namun menurut Sarwa, tantangan komunikasi antara generasi muda dan senior tetap ada. Lantas, bagaimana kita memastikan pesan transformasi pendidikan sampai ke semua pihak?
“Saran saya, mari terus memperkuat esensi Kurikulum Merdeka, bukan hanya sebatas labelnya. Bagi praktisi dan guru, literasi digital dan keterampilan digital menjadi kunci. Meskipun layanan pembelajaran terdiferensiasi masih perlu diperbaiki, kita harus bergerak maju menuju pendidikan yang lebih baik,” tuturnya.
Pemerhati guru yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik UNIMED mengajak dan mengimbau agar bersama-sama membangun referensi serta berbagi pengalaman dalam menghadapi transformasi pendidikan.
“Saya hari-hari ini banyak hadir membersamai guru di sekolah dalam Program Sekolah Penggerak (PSP) untuk menyemangati dan memfasilitasi esensi pembelajaran terdiferensiasi sebagai bentuk riil pelayanan pendidikan yang “merdeka” dalam melayani pembelajaran yang (Interaktif, menarik dan menyenangkan) untuk mendukung potensi dan minat setiap pelaku belajar (siswa),” tambahnya lagi. (mis)