MedanĀ | Jenews.id, Tanggal 2 Mei 2025 menandai usia ke-93 Pemuda Muhammadiyah, organisasi kepemudaan Islam yang lahir dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah pada 1932. Dalam sejarah panjangnya, Pemuda Muhammadiyah telah memberi warna dalam perjalanan bangsa, terutama dalam membentuk karakter generasi muda yang tidak hanya religius, tetapi juga progresif dan berjiwa kebangsaan.
Pemuda Muhammadiyah tidak dilahirkan hanya untuk menjadi pelengkap struktur organisasi. Ia hadir sebagai kekuatan strategis yang mengakar pada semangat tajdid (pembaruan), amar maāruf nahi munkar, dan cita-cita luhur membangun peradaban Islam yang mencerahkan. Sejak awal, kader Pemuda Muhammadiyah telah turut serta dalam dinamika perjuangan bangsa: dari gerakan kemerdekaan hingga pembangunan masyarakat madani pasca-reformasi.
Kini, di usia yang ke-93 tahun, Pemuda Muhammadiyah menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks: digitalisasi yang disruptif, polarisasi identitas, krisis keteladanan publik, dan kegersangan moral dalam ruang kepemudaan. Maka, menjadi penting untuk meneguhkan kembali jati diri Pemuda Muhammadiyah sebagai rumah pembinaan pemuda negarawan, sebuah orientasi yang tak hanya berorientasi pada aktivisme, tetapi juga pada kematangan etika, integritas, dan visi kebangsaan.
Dari Aktivis Menuju Negarawan
Pemuda Muhammadiyah adalah kawah candradimuka pembentukan kader bangsa. Dalam sejarahnya, organisasi ini melahirkan intelektual, pendidik, birokrat, ulama, profesional, dan aktivis sosial yang berkontribusi nyata bagi umat dan bangsa. Namun, ke depan, tantangan bukan hanya tentang memperbanyak aktivitas, tetapi melahirkan watak negarawan dalam setiap kadernya.
Negarawan bukan hanya mereka yang duduk dalam birokrasi atau parlemen. Negarawan adalah mereka yang berpikir jangka panjang, bertindak berdasarkan nilai, dan memiliki keberpihakan kepada rakyat dan keadilan. Negarawan muda Muhammadiyah harus menjadi pribadi yang mampu berdiri di tengah hiruk pikuk zaman, menjunjung tinggi moralitas publik, serta memberi solusi konkret atas persoalan-persoalan umat.
Untuk itu, Pemuda Muhammadiyah harus terus membina kader melalui pendekatan integral: spiritualitas, intelektualitas, dan kepekaan sosial. Pendidikan ideologis dan penguatan nilai-nilai ke-Muhammadiyahan tidak boleh hanya menjadi formalitas dalam pelatihan dasar, tetapi harus menjadi denyut dalam setiap langkah organisasi.
Menjawab Tantangan Zaman
Kehidupan sosial politik Indonesia hari ini tengah mengalami gejala krisis keteladanan. Ruang publik dipenuhi oleh narasi-narasi dangkal, populisme emosional, dan elite yang kehilangan kepekaan terhadap akar rumput. Di sinilah peran strategis Pemuda Muhammadiyah untuk menghadirkan alternatif: pemuda yang melek literasi, adil dalam berpikir, dan tajam dalam mengambil posisi keumatan dan kebangsaan.
Teknologi informasi telah menjadi arus utama kehidupan pemuda. Maka literasi digital, dakwah kreatif, dan penguatan kapasitas kepemimpinan berbasis data dan nilai harus menjadi agenda strategis Pemuda Muhammadiyah. Bukan hanya hadir di media sosial, tetapi juga menghadirkan gagasan segar dan solusi inovatif yang membumi.
Dalam bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan, Pemuda Muhammadiyah perlu menempatkan diri sebagai penggerak transformasi. Menyentuh sektor-sektor masyarakat akar rumput melalui gerakan pemberdayaan, pelatihan keterampilan, hingga pembinaan spiritual menjadi bagian tak terpisahkan dari misi dakwah kultural yang digagas KH Ahmad Dahlan.
Harapan Menuju Satu Abad
Sembilan puluh tiga tahun adalah usia yang matang bagi organisasi kepemudaan. Menuju satu abad, Pemuda Muhammadiyah harus melakukan konsolidasi visi dan langkah strategis. Harus ada peneguhan terhadap model kaderisasi yang progresif, regenerasi kepemimpinan yang berintegritas, serta keberanian untuk tampil sebagai kekuatan moral di tengah kegaduhan politik nasional.
Momentum Milad ke-93 ini adalah titik refleksi: sudah sejauh mana Pemuda Muhammadiyah membina pemuda-pemuda yang siap tampil sebagai negarawan? Sudahkah kader-kadernya memiliki keberanian untuk berpihak kepada kebenaran, keadilan, dan kemajuan umat? Atau justru terjebak dalam euforia struktural tanpa ruh dakwah yang mencerahkan?
Penutup
Pemuda Muhammadiyah harus terus menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna dakwah Islam berkemajuan. Dalam konteks keindonesiaan, ia harus menjadi kekuatan tengah yang menjaga moralitas publik, merawat kebinekaan, dan memperkuat nasionalisme yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Negarawan bukanlah cita-cita elitis. Ia adalah panggilan zaman.
Dan Pemuda Muhammadiyah harus menjawabnya, dengan akal yang tercerahkan, akhlak yang mengakar, dan langkah yang membebaskan.
Selamat Milad ke-93 Tahun Pemuda Muhammadiyah.
Mari kita teguhkan kembali komitmen menjadi pemuda yang mencerahkan umat dan menegakkan peradaban bangsa.
Oleh: Miftah Fariz, M. A.
PW. Pemuda Muhammadiyah Sumut